Searching...
Rabu, 20 Mei 2015

Detik-detik yang menegangkan Sakaratul Maut Rasulullah




Pada awal bulan Shafar 11H Rasulullah pergi ke Uhud Seusai menshalati syuhada Perang Uhud, beliau bersabda "Sesungguhnya aku mendahului kalian, dan aku menjadi saksi atas kalian. Demi Allah sungguh aku melihat telagaku sekarang ini. Sesungguhnya aku telah diberi kunci-kunci perbendaharaan dunia. Demi Allah aku tidak khawatir kalian menjadi musyrik sepeninggalku. Tetapi aku khawatir kalian memperebutkan dunia. Untuk pertama kalinya hari Senin 29 Shafar 11 H, suhu badan Nabi yang sangat tinggi menyebabkan para sahabat dapat melihat urat nadi dibagian kepala beliau. Hingga suatu ketika, Rasulullah pernah meminta tujuh gayung air diguyurkan ke kepala beliau yang mulia. Dalam kesempatan lain Rasulullah berujar, Sesungguhnya ada seorang hamba di beri pilihan Allah. Yaitu diberi kemewahan dunia sesuai apa yang dikehendakinya atau diberi apa yang ada di sisi-Nya. Lalu hambaitu memilih apa yang ada di sisi-NYa. "

Terdengar suara isak tangis, dialah Abu Bakar. Para sahabat keheranan sebagaimana ketika Haji Wada' saat wahyu terakhir turun ia juga menangis. Pada waktu itu Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya setelah kesempurnaan itu yang ada hanyalah kekurangan." Para sahbat di kala itu mendapatkan kesan bahwa setelah agama ini disempurnakan risalahnya. Maka akan ada orang yang paling dicintai di tengah mereka yang akan pergi. Kami tebus engkau dengan Bapak-bapak dan Ibu-ibu kami, wahai Rasul. Ujar Abu Bakar berlinang Air mata. 

Semakin hari sakit Rasullulah semakin bertambah.Dan selama itu Abu Bakar ditunjuk sebagai Imam Sholat. Sesekali Rasullullah menyingkap tabir di kamar dan memperhatikan kaum Muslimin sedang sholat di masjid Nabawi sembari tersenyum. Tak jarang pula ketika Rasullullah hendak bangun namun badan beliau tak kuat. Kemudian beliau jatuh pingsan berulang-ulang.Hingga beliau harus dipapah oleh para sahabat dengan kepala terbalut kain. 



Terdengar seseorang berseru mengucap salam dari luar pintu. "Bolekah saya masuk ? ujar suara itu." Fathimah tidak mengijinkannya, "Ayahku sedang sakit" ujarnya sembari membalik badan dan menutup pintu. Rasul menanyai putrinya, siapa yang tadi menetuk pintu ? "Tidak tahu ayah sepertinya baru kali ini aku melihatnya" jawab Fatimah dengan tutur lembut. lalu Rasul menatap putrinya, "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan fana, dialah yang memisahkan pertemuan dunia. Dialah malaikat Maut." Fathimah tak kuasa menahan ledakan tangisnya.

Malaikat maut datang menghampiri ruangan itu. Rasulullah bertanya, mengapa Jibril tidak ikut bersamanya. Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap dilangit dunia, menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu alam semesta ini. "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah, " pinta Rasul dengan suara lemah. Jibril berkata, "Pintu-pintu langit terbuka, semua malaikat menanti ruhmu. Semua pintu surga terbuka lebar menanti kedatanganmu," ujar Jibril. Rasul mencium bau wangi surga dari pembaringannya ini. Tapi ternyata itu tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar kabar ini ? " tanya Jibril. "Kabarkan padaku bagaimana nasib umatku kelak" pinta Rasul. Jibril tersenyum, "Jangan khawatir wahai Rasul Allah, Aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku." "Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya."

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan Ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. Fathimah terpejam, dan Ali yang ada disampingnya menunduk semakin dalam, Jibril seketika memalingkan mukanya kearah lain. "Jijikkah kau melihatku hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril ?" tanya Rasulullah kepada malaikat pengantar wahyu itu. "Siapa sanggup menyaksikan kekasih Allah direnggut ajal" jawab Jibril. Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh karena sakit yang tak tertahankan lagi. Kulitnya serasa mengelupas dari ujung kaki ke bagian atas tubuhnya. Sekujur badan mengalami kesemutan luar biasa merambat naik ke atas. Dan seribu mata pedang seperti dihujamkan seketika di batang lehernya. Rasulullah merasa telah diambang perpisahannya. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan pada Umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seperti hendak membisikkan sesuatu.

Ali mendekatkan telinganya kepada Rasulullah. "Uushikum bish shalati," Periharalah shalat. "Wa maa malakat aimanuku " Dan peliharalah orang-orang lemah diantara kamu. Diluar pintu , tangis mulai terdengar bersahutan. Para sahabat saling berpelukan. Fathimah menutupkan tangan di wajahnya, air matanya kian menderas. Ali mendekatkan telinganya kembali ke bibir Rasulullah yang mulau kebiruan itu. Terdengar suara lirih Rasul ketika ruh mencapai kerongkongan. "Ummatii.. Ummatii.." umatku .. umatku..

Telah datang kepadamu seorang Rasul dari Kaummu sendiri. Berat terasa olehnya penderitaan yang kamu alami.Sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu. "Penyantun dan penyayang kepada orang-prang yang beriman." Qs At -Taubah 129.

Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, yaitu bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari akhir dan dia banyak dzikrullah. Qs Al-Ahzab 21

Jangan bersedih apabila tiada lagi manusia yang mengasihimu di dunia. Akan tetapi bersedihlah apabila nanti Allah tiada mengasihimu di akherat. Bershalawatlah kamu atas Nabimu saat ini, detik ini. 


sumber : youtube

0 comments:

Posting Komentar

 
Back to top!